top of page
Writer's picturepsychotalk.id

Mob Mentality dan Dampaknya Melalui Media Sosial di Indonesia


Tidak bisa dipungkiri di zaman sekarang yang serba digital penggunaan media sosial menjadi seperti sebuah kewajiban. Media sosial merupakan platform digital yang mendukung terjadinya interaksi sosial yang tidak langsung atau asinkronus. Dengan adanya media sosial memungkinkan penggunanya untuk saling bertukar informasi, pemikiran, serta dapat menciptakan persepsi-persepsi baru. Media sosial bersifat massal atau kemungkinan penyebaran informasi dari pribadi kepada khalayak ramai.


Penyebaran informasi di media sosial dapat menjadi sebuah aksi nyata. Informasi yang tersebar tidak akan langsung mempengaruhi banyak massa karena akan melalui beberapa tahapan. Pertama informasi akan mencapai beberapa masa yang berfungsi sebagai penjaga arus informasi kemudian barulah informasi akan mencapai anggota massa. Informasi yang diperoleh dari media sosial dapat menyebabkan dampak positif dan negatif. Salah satu dampak positifnya khalayak massa dapat saling bertukar pengetahuan ataupun pembelajaran. Sedangkan untuk, dampak negatifnya informasi yang diperoleh seringkali tidak memiliki sumber yang jelas atau tidak valid. Karena arus penyebaran yang cepat di media sosial membuat kita sebagai khalayak massa tidak sempat untuk mencari bukti atau kebenaran informasi yang akhirnya audience akan meyepakati informasi secara mentah dan dapat merugikan orang lain. Penerimaan informasi secara mentah di media sosial, juga dapat disebabkan oleh mob mentality.


Apa itu Mob Mentality?


Mob mentality atau yang bisa dikenal dengan herd mentality merupakan kerumunan massa dalam jumlah besar dan tidak teratur. Kerumunan tersebut cenderung melakukan tindakan rusuh ataupun merusak. Istilah ini menggambarkan fenomena terpengaruhnya individu oleh kelompok tertentu sehingga mencoba untuk menyesuaikan diri. Singkatnya, seseorang akan mengikuti keputusan yang diambil dari kelompok mayoritas tidak peduli keputusan tersebut salah ataupun benar. Gabriele Tarde seorang psikolog ternama dari perancis menyampaikan bahwa saat berada di bawah pengaruh orang lain, individu cenderung memilih untuk menyerah dari pikirannya, mereka akan memilih untuk mengikuti suara terbanyak dan menyampingkan rasionalitas mereka sendiri.


Penyebab mob mentality!


Mob mentality dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu,


Pertama, seseorang yang menjadi bagian dari kelompok dapat terhipnotis dengan pengaruh-pengaruh yang ada sehingga menyebabkan kehilangan kesadaran diri.


Kedua, seseorang dapat kehilangan rasa identitas dirinya karena merasa lebih baik mengikuti kelompoknya dan menyampingkan prinsip dan pemikirannya sendiri.


Ketiga, seseorang merasa bahwa perilaku yang menyimpang dapat diterima karena didalam kelompok orang lain juga melakukannya.


Keempat, bergabung dalam kelompok menyebabkan berbagai keadaan emosi yang dirasakan, baik itu senang, marah, gembira, tidak suka dan sebagainya.


Kelima, bergabung didalam kelompok membuat individu memiliki persepsi bahwa apapun yang terjadi ini adalah tanggung jawab kelompok. Sehingga tidak apa-apa kita mengikuti mayoritas dari kelompok.


Apakah mob mentality juga terjadi di Indonesia?


Jawabannya adalah ya, mob mentality juga sering terjadi di Indonesia. Salah satu contoh kasus yang pernah terjadi di tahun 2021. Gofar Hilman seorang penyiar radio, youtuber, pembawa acara, comedian dan pengusaha asal Indonesia ini mengalami cancel culture karena dituding melecehkan seorang wanita. Membahas sedikit mengenai istilah cancel culture. Pengertiannya sendiri merupakan fenomena penolakan atau penghentian didepan umum untuk orang atau suatu kelompok tertentu karena tindakan mereka secara sosial atau moral tidak dapat diterima.


Kembali kepada kasus Gofar hilman. Saat itu informasi mengenai pelecehan Gofar tersebar melalui media sosial dan membuat dirinya di cap buruk dan mengalami cancel culture oleh masyarakat hingga terpaksa di keluarkan dari PT Lawless Jakarta. Walau pada akhirnya Gofar dapat membuktikan bahwa informasi yang beredar palsu, nasi sudah menjadi bubur. Gofar sudah terlanjut di keluarkan dari PT Lawless Jakarta dan masih mendapat penolakan dari masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa informasi yang diterima di media sosial hingga terjadinya cancel culture karena adanya mob mentality. Kelompok massa (masyarakat) secara bersama-sama langsung bereaksi terhadap informasi ini dengan menarik dukungan sosial karena individu dianggap melakukan pelanggaran moral.


Apakah mob mentality itu merugikan atau tidak?


Memiliki mob mentality atau selalu mau “ikut-ikutan” dapat berbahaya. Karena saat kita mengikuti tindakan kelompok, kemudian kelompok melakukan tindakan yang membahayakan hal tersebut dapat juga berpengaruh untuk kita. Misal, di sosial media kita mengikuti mayoritas orang yang memberikan komentar negatif kepada public figure yang sedang terkena cancel culture. Jika orang tersebut menuntut kita dapat terkena pelanggaran UU ITE yang berdampak bisa di denda hingga dipenjara. Selanjutnya, untuk kasus orang yang terkena dampak mob mentality dari suatu kelompok. Kejadian ini dapat merugikan orang yang terdampak. Seperti kasus Gofar Hilman yang mana ia sudah terlanjur dikeluarkan dari PT Lawless Jakarta dan mendapat persepsi negatif dari masyarakat.


Referensi:


Bayer, J. B., Triệu, P., & Ellison, N. B. (2020). Social media elements, ecologies, and effects. Annual review of psychology, 71, 471-497.





Mardeson, E., & Mardesci, H. (2022). FENOMENA BOIKOT MASSAL (CANCEL CULTURE) DI MEDIA SOSIAL. JURNAL RISET INDRAGIRI, 1(3), 174-181.



9 views0 comments

Comments


bottom of page