top of page
Writer's picturepsychotalk.id

Fatherless Children : Saat Ayah Tidak Hadir di Kehidupan Anak


Kepribadian anak merupakan hasil dari pengasuhan dan penanganan yang baik dari kedua orangtuanya. Ketika salah satu dari kedua orangtuanya tidak hadir, maka terdapat ketimpangan dalam perkembangan psikologisnya. Strom (2002) menjelaskan peran ayah dalam kehidupan anak menunjukkan bahwa ayah yang terlibat dalam kehidupan remaja, terutama dalam pendidikan dan pergaulannya akan meningkatkan kemampuan remaja dalam pendidikan dan social skill.


Ini dapat dijelaskan bahwa kehadiran ayah baik secara fisik dan psikis akan membantu anak dalam pemantapan hubungan dengan orang lain, penyesuaian perilaku, dan sukses dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis. Senada dengan hal tersebut.


Konsep Fatherless?

Fatherless adalah ketiadaan peran dan figur seorang ayah dalam kehidupan anak. Ketiadaan peran ayah dapat berupa ketidakhadiran secara fisik, psikologis dan emosional dalam kehidupan anak.


Ketiadaan peran ayah secara fisik oleh karena kematian, mengarahkan pada adanya sebutan anak yatim, namun apabila ketidakhadirannya disebabkan oleh karena “kepergian‟ dari perannya sebagai seorang ayah, maka anak tersebut dapat dikatakan seolah-olah menjadi yatim sebelum waktunya.


Menurut Smith (2011) seseorang dikatakan mendapat suatu kondisi fatherless ketika tidak memiliki hubungan dekat dengan ayahnya, serta kehilangan peran-peran penting ayah yang disebabkan oleh perceraian atau permasalahan pada pernikahan orang tua. Dampak ketidak hadirnya peran ayah berupa fisik maupun psikologis dalam kehidupan seorang anak adalah rendahnya harga diri (self-esteem) ketika remaja beranjak dewasa, adanya perasaan marah (anger), anak akan merasakan kesepian (loneliness), rasa malu (shame) karena berbeda dengan anak lainnya (Sundari, A.R., & Herdajani, 2013).


Lamb (1992) menjelaskan bahwa seorang ayah yang tidak berada dalam kehidupan anak akan mempengaruhi peran jenis, moralitas, prestasi, dan psikososial anak. Sehingga dapat disimpulkan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian sosial siswa adalah fatherless (Rahayu, S. 2019).


Penyebab Fatherless itu apa?

Pakar Pengasuhan Keayahan, Irwan Rinaldi mengungkapkan bahwa fatherless yaitu ketika usia biologis anak, khususnya anak laki-laki lebih maju dibandingkan usia psikologisnya. Hal ini seringkali menjadi penyebab utama terjadinya perceraian di masa depan anak, dimana 80% istri meminta bercerai karena suaminya lebih mengalami kemajuan di usia biologis dibandingkan kematangan psikologisnya. Fatherless juga mengakibatkan anak mudah mengalami depresi, menjadi antisosial, rentan melakukan tindak kriminal dan kekerasan, terjerumus seks bebas, narkoba, dan LGBT.


Kock & Lowery (1984) melakukan penelitian yang serupa pada anak-anak, dan menemukan hasil yang sama bahwa ditemukan ketidakpuasan dengan komunikasi dengan ayahnya, secara kuantitas. Hal ini menyatakan adanya kekosongan figur dan keteladanan serta pengaruh ayah dalam hidupnya oleh karena jumlah pertemuan dan komunikasi yang terjadi di antara ayah dan anak yang minimal.


Kurangnya pertemuan antara ayah dan anak korban perceraian atau perpisahan orangtua bisa juga jadi penyebab terjadinya fatherless, hal ini dapat terjadi dipengaruhi dari ibu anak-anak tersebut, yang akan berdampak perasaan marah terhadap mantan pasangannya yang mencegah dan menghindarkan para ayah ini melakukan keterlibatan yang efektif pada pengasuhan anak, sehingga dilakukan sabotase oleh ibu yang melaksanakan joint custody (hak asuh bersama) terhadap upaya para ayah untuk menjumpai anak-anaknya.


Dampak Fatherless bagi anak

Pada sebuah studi penelitian ditemukan dampak fatherless pada anak- anak, yaitu memiliki masalah dengan gangguan kecemasan dan depresi, (Kandel dkk, 1994), sampai menjadi pasien psikiatri di rumah sakit, (Block, 1988) terlibat dengan aktivitas seksual dini, penyalahgunaan obat-obatan, gangguan mood, dan terlibat kenakalan serius ataupun tindakan kriminal, (Fergusson dkk, 1944).


Ayah yang kurang berperan dalam menjalankan fungsi ke-ayah-annya akan membawa berbagai dampak yang buruk bagi anak-anaknya. Berbagai dampak buruk yang mungkin terjadi akibat tidak berfungsinya ayah antara lain adalah

  1. Krisis identitas dan perkembangan seksual Anak.

  2. Gangguan Psikologis Pada Anak di Masa Dewasa.


Fatherless akan mengakibatkan hilangnya kesempatan seorang ayah untuk dapat berinteraksi dengan anak. Untuk itu, apapun yang menyebabkan fatherless itu terjadi harus diantisipasi oleh orang tua agar tidak berdampak besar terhadap anak. Karena dapat kita ketahui bahwa fatherless memiliki pengaruh besar terhadap psikologis anak, dimana dapat mengakibatkan anak menjadi sering murung, sulit untuk berkonsentrasi yang akhirnya prestasi belajar pun semakin menurun.


Bagaimana menjadi ayah yang baik meskipun tidak terlalu dekat?

Untuk mengatasi fatherless children. Sang ayah harus membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Sesibuk apapun sang ayah hendaknya berusaha untuk meluangkan waktu untuk buah hati di rumah. Sang ayah bisa menyisihkan waktunya beberapa menit untuk sekedar mengobrol atau menanyakan kesulitan-kesulitan anaknya dalam pekerjaan sekolah atau hal-hal sederhana lainnya. Walaupun kecil dan sederhana akan tetapi akan membuat anak merasa diperhatikan dan dimengerti oleh sang ayah.


Kita sebagai orangtua bisa mengajak anak untuk menanam bunga di pekarangan rumah, memasak makanan spesial di dapur atau membersihkan beberapa bagian rumah yang kurang rapi. Hal-hal sederhana tersebut dapat membuat anak merasa dimengerti dan dekat dengan ayahnya. Jangan sampai komunikasi anak menjadi hambar dan kurang bermakna di mata anak.


Seorang ayah seharusnya menyempatkan waktunya di sela jadwal kerjanya untuk bertemu dan berinteraksi dengan anak, untuk memberikan stimulus bagi anak sehingga memberikan dampak yang baik pula dukungan dan perhatian seperti memperhatikan dan mengingatkan anak untuk belajar dengan rajin merupakan wujud dari kasih sayang dan kepedulian yang sangat diharapkan anak.


Ayah tidak harus sibuk bekerja terus, yang biasanya akan dijadikan alasan bahwa hasil kerja akan diberikan anak. Meskipun hasil kerja itupun merupakan faktor kebutuhan guna membantu keberhasilan dalam berprestasi, tapi dukungan dan perhatian yang lebih dibutuhkan anak, sehingga membuat dirinya terus termotivasi untuk berprestasi belajar.


Dio

Content Creator Psychotalk.id




Referensi

Abdullah, Sri Muliati. (2010). Studi Eksplorasi tentang Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak Usia Dini. Jurnal SPIRITS, Volume. 1 No. 1.


Arie. R. S & Febi. H. (2013). Dampak Fatherless Terhadap Perkembangan Psikologis Anak. Prosiding Seminar Nasional Parenting. hal.256-271


Fergusson, David M., Lynskey, Michael T., dan Horwood, L. J. (1996). Childhood Sexual Abuse and Psychiatric Disorders in Young Adulthood: I. Prevalence of Sexual Abuse and Factors Associated with Sexual Abuse. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, Volume. 34, (1996): 1355-1364.


Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Perkuat Peran Ayah Untuk Meningkatkan Kualitas Pengasuhan Anak. https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2860/perkuat-peran-ayah-untuk-meningkatkan-kualitas-pengasuhan-anak. Diakses pada tanggal 15 November



Lamb, M. E. 1992. The Role of The Father in Child Development. New York: John Wiley and Sons, Inc.


Rahayu, S. (2019). Pengaruh fatherless dan status identitas terhadap kemampuan penyesuaian sosial pada siswa SMA Negeri Di Kota Bandung (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).


Smith, D. (2011). Father’s Day For The Fatherless. Dipublikasikan 18 Juni 2011 oleh Darcy Smith. in Ask Dr. Darcy. (online), (http://www.psychologytoday.com/blog/ask-drdarcy, diakses pada 15 November 2022).


Sundari, A.R., & Herdajani, F. (2013). Dampak Fatherless Terhadap Perkembangan Psikologis Anak. Jurnal Psikologi, vol.1, 256–271.


83 views0 comments

Comentarios


bottom of page