top of page
Writer's picturepsychotalk.id

MENGENAL PREFERENSI SEKSUAL FETISHISME

Updated: Aug 7, 2020

Baru-baru ini, dunia maya dihebohkan dengan viralnya kasus “Fetish Kain Jarik” dari akun twitter @m_fikris yang menceritakan pengalamannya saat dimintai bantuan oleh seorang mahasiswa salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya dengan alasan riset. Beberapa orang dan korban menduga si pelaku ini mengidap fetishisme atau kelainan seksual.

Sebenarnya apa sih fetishisme itu ? Berdasarkan DSM 5 (Diagnostic and Statistical Mental Disorder) fetishisme atau fetish adalah perilaku yang persisten(berulang dan terus menerus) atas dorongan gairah seksual atau kebergantungan terhadap benda mati seperti celana dalam, sarung tangan, pakaian berbahan kulit, sepatu berhills tinggi , atau bagian tubuh yang tidak menjadi suatu bagian tubuh kegiatan seksual seperti (kaki, tumit atau rambut)untuk mendapatkan gairah seksual. Hanya dengan melalui objek tersebut, menjadi satu-satunya sumber mendapatkan kepuasan seksual. Pada benda mati dapat dikategorikan menjadi dua tipe, yaitu: 1. Form Fetish : bentuk benda yang menjadi stimulus seperti sepatu tinggi. 2. Media Fetish: fetish menitiberatkan pada bahan dari benda, seperti kulit atau sutra. Individu dengan Fetishme media mati kerap mengkoleksi object yang mereka senangi. Berdasarkan DSM III (APA, 198) fetish masuk kedalam parafilia di mana kondisi seseorang yang memiliki karakter yang tidak biasa atau ganjil untuk memenuhi kepuasan seksualnya. Gangguan Psikoseksual merupakan penyimpangan dalam pemenuhan kebutuhan seksual yang disebabkan oleh berbagai faktor biologis, psikologis, sosial dan kultural. Gangguan psikoseksual dapat berupa gangguan disfungsi gender, identitas gender, dan gangguan preferensi seksual. Dalam PPDGJ III, Fetish merupakan salah satu gangguan psikoseksual yang termasuk ke dalam kategori Gangguan Prefensi Seksual (F.65). Gangguan Prefensi Seksual adalah Gangguan arah Tujuan Seksual. Pada Gangguan ini, cara utama untuk mendapatkan rangsangan dan kepuasan seksual adalah dengan objek lain atau dengan cara lain dari yang umumnya dianggap biasa (Yusuf, 2016).

Klasifikasi gangguan prefensi seksual pada PPDGJ (Pedoman Diagnostik Gangguan Jiwa III) 1. Fetishisme 2. Transvertisme Fetishisme 3. Ekhsibisionisme 4. Voyeurisme 5. Pedofilia 6. Sadomasokisme 7. Gangguan prefensi seksual multipel

Dilansir dari The DSM 5 kriteria diagnostic for Fetishisme Harvard Medical School Fetish mempunyai gejala sebagai berikut:

1. selama setidaknya 6 bulan, seseorang telah memiliki gairah fantasi seksual berulang dan intens terhadap penggunaan benda mati, atau fokus yang sangat spesifik pada bagian tubuh nongenital

2. fantasi, dorongan seksual dan perilaku menyebabkan tekanan signifikan secara klinis atau penurunan fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

3.Benda-benda fetish tidak terbatas pada pakaian perempuan yang digunakan sebagai balutan-silang (seperti halnya gangguan transvestik) atau perangkat yang dirancang khusus untuk tujuan stimulasi genital (seperti vibrator)

Belum ada penyebab pasti dari penyimpangan seksual ini, namun beberapa teori percaya bahwa fetish berkembang pada pengalaman di masa kecil, yang mana objek atau benda tertentu diasosiasikan dengan bagian dari gairah atau kebahagiaan seksual. Teori lain menyebutkan fetish berkembang pada akhir masa kanan-kanak dan remaja yang diasosiasikan dengan masturbasi dan pubertas. Dalam teori behavioral, menyebutkan bahwa anak yang menjadi korban atau pengamat perilaku seksual yang tidak tepat memiliki kemungkinan untuk menirukan sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Pada model kompensasi, menyebutkan bahwa individu dengan kecenderungan fetish ini kemungkinan mengalami perampasan dalam hubungan seksual sosial yang normal, sehingga mencari cara pemenuhan dengan kontak sosial yang rendah . Namun, untuk mengetahui seseorang mengalami gangguan seksual atau psikologi tertentu,harus dilakukan asesmen terlebih dahulu oleh profesional seperti psikiater atau psikolog sehingga mendapatkan diagnosis yang tepat. Jangan sampai, sebagai manusia kita menyimpulkan dan memberikan labeling pada orang lain tanpa ada data dan diagnosis resmi dari profesional. Bukannya membantu bisa jadi apa yang kita label malah membuat orang tersebut semakin terpuruk.

Jika teman-teman menemui atau merasakan kondisi psikologis yang berbeda pada diri sendiri atau orang lain, kerabat misalnya berikan dukungan dan jangan ragu-ragu untuk mencari informasi ke profesional, dalam hal ini psikiater atau psikolog yang terpercaya. Karena,semakin dini informasi yang tepat didapat semakin dini juga penegakaan diagnosis dan treatment yang tepat bisa dilakukan. Sehingga tidak banyak lagi orang yang akan dirugikan


RMT TIM PSYCHOTALK.ID




DAFTAR PUSTAKA

Merdeka.com.(2020, 30 Juli). Mengenal Fetishisme Disorder, Gangguan Seksual yang 'Terobsesi' pada Benda Mati. Diakses pada 01 Agustus 2020, dari

Kafta, Martin. 2009. The DSM Diagnostic Criteria For Fethisme. Harvard Medical School

Syafi’i,I. (2014). Rancang Bangun Sistem Pakar Diagnosis Gangguan Preferensi Seksual

Menggunakan Metode Certainty Factor pada Institusi Kepolisian. Tugas Akhir.

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer; Surabaya.

Yusuf, Ah. (2016). Peran Tenaga Kesehatan, Keluarga dan Masyarakat dalam Pencegahan dan Penanganan Gangguan Psikoseksual.

Seminar Keperawatan Jiwa, DPD PPNI Kabupaten Lamongan dan Stikes Muhammadiyah Lamongan: 02 Oktober 2016.

20 views0 comments

Comments


bottom of page