top of page
Writer's picturepsychotalk.id

Fear of Missing Out (FOMO) Kenali dan Ketahui Dampak Buruk yang Muncul


Beberapa tahun terakhir, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pesatnya perkembangan TIK menjadikan internet sebagai alat komunikasi utama yang sangat diminati oleh masyarakat. Pesatnya internet juga mendukung pesatnya teknologi smartphone yang hadir dengan berbagai macam fitur di dalamnya, salah satunya adalah sosial media.


Media sosial hadir sebagai sarana masyarakat merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain membentuk ikatan sosial secara virtual, namun hal tersebut dapat berubah menjadi kegelisahan ketika mereka mengecek media sosialnya dan melihat berbagai keseruan yang sedang dilakukan oleh teman-teman mereka. Hal tersebut membuat mereka tidak bisa untuk berhenti memantau aktivitas orang lain di media sosial. Fenomena tersebut disebut dengan fear of missing out atau (FOMO) yang semakin berjalan menjadi sebuah fenomena nyata yang semakin umum yang akan memberikan dampak negatif yang signifikan dalam hidup jika mengalami fenomena ini.


Lalu, apa itu FOMO, gejala apa yang muncul jika seseorang mengalami sindrom FOMO ini, dan apa dampak yang dibuat dari FOMO. Mari kita pelajari lebih dalam.

Apa sih FOMO itu?

Istilah FoMO ini diciptakan pada tahun 2004, ketika penulis Patrick J. McGinnis menerbitkan sebuah oped di The Harbus, majalah Harvard Business School , berjudul McGinnis 'Two FO's: Social Theory di HBS. Fear of missing out (FOMO) diidentifikasikan sebagai suatu kecemasan sosial yang ditandai dengan hasrat pada individu agar dapat selalu terkoneksi dengan kegiatan orang lain (Przybylski dkk., 2013). FOMO ditandai dengan perasaan khawatir, cemas, serta gelisah saat orang lain mungkin memiliki pengalaman berharga ketika dirinya tidak hadir bersama teman-temannya (Przybylski dkk., 2013). Sebagai contoh, individu akan merasa cemas jika tidak ikut bermain bersama teman-teman di hari sabtu kemarin atau ketika individu menolak ikut pesta ulang tahun teman dikarenakan ada kegiatan yang mendesak namun disisi lain perasaan menyesal dan gelisah muncul karena tidak ikut pesta tersebut.


Seseorang yang mengalami FOMO juga akan mengalami cemas jika orang lain memiliki kehidupan atau mengalami hal-hal yang lebih baik daripada dirinya. Hal tersebut juga memberikan perasaan iri yang mendalam terhadap orang yang mengalami FOMO. FOMO juga tidak hanya merasa takut jika seseorang lebih baik dari dirinya, tetapi juga merasa takut jika tertinggal akan sesuatu. FOMO ini akan semakin diperburuk dengan pesatnya media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook dimana orang-orang dengan mudah memperlihatkan kesuksesan, kemewahan dan kehidupan sehari-hari di media sosial.

Apa gejala dari FOMO?

Menurut Abel (2016), seseorang dapat dikatakan FOMO jika mereka memiliki gejala-gejala seperti:


1. Tidak dapat melepaskan diri dari ponsel

Individu akan merasa cemas jika tidak bermain handphone karena takut jika ia akan ketinggalan berita atau updatean dari sosial media teman-teman.


2. Cemas dan gelisah jika belum mengecek akun media sosial

Seseorang yang FOMO, akan timbul perasaan cemas, gelisah jika mereka belum mengecek media sosialnya. Mereka tidak ingin ketinggalan berita atau informasi terupdate.

3. Lebih mementingkan berkomunikasi dengan rekan rekannya di media sosial

Seseorang yang FOMO lebih senang untuk mencari tahu kabar orang yang ada di sekitarnya melalui media sosial daripada bertemu dan bertanya langsung dengan orang tersebut. Mereka juga lebih tertarik dengan notifikasi teman yang sedang live Instagram atau ada gosip di media sosial daripada berkumpul dengan keluarga, teman atau rekan secara langsung.


4. Terobsesi dengan status dan postingan orang lain

Seseorang yang FOMO akan terus merasa ingin tahu tentang kehidupan orang lain seperti memantau sosial media teman hanya untuk mengetahui dimana mereka sedang berlibur, apa yang sedang mereka kerjakan, apa yang mereka makan, dimana tempat bermain mereka, dan sebagainya.


5. Selalu ingin eksis dengan men-share setiap kegiatannya dan merasa depresi jika sedikit orang yang melihat akunnya

Pesatnya media sosial membuat seseorang yang mengalami FOMO mengukur kesuksesan dengan jumlah followers atau likes. Ketika orang lain tidak memberikan jumlah likes yang banyak untuk postingannya, mereka akan merasa cemas, dan beranggapan bahwa dirinya tidak lebih baik daripada orang lain dan merasa orang lain tidak menyukai dirinya.

Apa dampak negatif dari FOMO?

FOMO tidak hanya dapat berdampak pada kesehatan fisik tetapi juga pada kesehatan mental seseorang seperti merasa harga diri rendah, mood swings, depresi, social anxiety, kesepian.

Perilaku FOMO juga bisa membuat seseorang merasa cemas saat tidak memegang gadget dan juga jika tidak memainkan akun media sosialnya walaupun hanya sebentar. Orang yang mengalami kecanduan media sosial seperti ini akan merasakan sangat ketakutan jika ketinggalan. Ketakutan ini membuat mereka kurang fokus pada diri sendiri dan lebih fokus dengan yang dilakukan orang lain.

Fokus pada kehidupan orang lain juga akan menghambat seseorang melakukan aktivitas untuk diri sendiri karena ia akan menghabiskan waktu untuk memperhatikan aktivitas orang lain, memantau media sosial mereka, dan akhirnya merasa bahwa diri jauh lebih buruk daripada mereka.

Bagaimana cara mengatasi FOMO?

1. Fokus pada apa yang dimiliki

Daripada fokus pada apa yang tidak dimiliki punya atau kekurangan diri, lebih baik fokus pada apa yang dimiliki atau kelebihanmu. Kamu bisa lebih memilih sesuatu yang akan memberikan dampak positif kepada diri kamu sendiri.

2. Menulis jurnal

Menulis jurnal dapat membantu kamu mengalihkan fokus pada validasi yang kamu butuhkan untuk apresiasi diri kamu sendiri atas hal-hal yang sudah kamu lalui jika kamu bercerita lebih memilih bercerita di media sosial. Menulis jurnal juga akan membantu kamu agar tidak kecanduan bermain media sosial dan keluar dari fenomena FOMO.


3. Membatasi penggunaan handphone

Akan lebih baik jika kamu memanajemen waktu saat menggunakan handphone, seperti berapa menit kamu harus bermain handphone. Kamu juga bisa lebih meluangkan waktu untuk kegiatan yang positif selain bermain handphone, misalnya olahraga, membaca, atau memasak.

4. Lebih memfokuskan diri pada dunia nyata

Kamu bisa memfokuskan diri kamu dengan sekelilingmu di dunia nyata dibandingkan dengan dunia maya, seperti meluangkan waktu kamu bermain dengan keluarga, teman, atau hewan peliharaanmu

5. Melatih mindfulness

Pelatihan mindfulness yaitu latihan di mana seseorang belajar untuk fokus pada apa yang mereka lakukan saat ini sehingga tidak ada pikiran untuk kekhawatiran dan perasaan cemas.

Jika, kamu merasa bahwa kamu sedang merasakan fenomena FOMO, dari sekarang kamu bisa coba menerapkan tips diatas mengenai mengatasi FOMO. Jika rasa cemas dan ketakutan ini tidak kunjung hilang dan mengganggu kehidupan kamu sehari-hari, jangan takut untuk berkonsultasi ke psikolog yaa!

Sumber

Abel, J. P. (2016). Social Media and the Fear of Missing Out. Scale Development and Assessment. Journal of Business & Economics Research – First Quarter, 14 (1): 47-65.

Adrian, K. (2021). Mengenal FOMO dan Dampak Negatifnya. Alodokter. https://www.alodokter.com/mengenal-fomo-dan-dampak-negatifnya

Gorden, S. (2020). How FOMO Impacts Teens and Young Adults. Very Well Family. https://www.verywellfamily.com/how-fomo-impacts-teens-and-young-adults-4174625

Przybylski, A. K., Murayama, K., DeHan, C. R, & Gladwell, V.(2013). Motivational, Emotional and Behavioural Correlates of Fear of Missing Out. Computer in human behavior. 29(4) : 1841- 1848

Scott, E. (2021). How to Deal With FOMO in Your Life. Very Well Mind. https://www.verywellmind.com/how-to-cope-with-fomo-4174664

Tanveer, H. (2020). How FOMO Impacts Our Mental Health?. Oladoc. https://oladoc.com/health-zone/how-fomo-impacts-our-mental-health/


0 views0 comments

コメント


bottom of page